Selasa, 12 Februari 2008

Koki - Kamis 09 Agustus 2007

Budaya Malu, Penguburan Masa Kini & Hidup Bertapa (AS, Mesir, Perancis)

Jadi Detektif
Yani Maria - Salatiga

Duh dah lama tidak menulis di koki rasanya gatal sekali tangan ini. Ternyata untuk memulai lagi rasanya kok susah sekali. Diam sesaat, bingung mau nulis apa. Padahal kalau lagi tidak di depan compi, ide-ide mengalir bak air bah. Coba ada disk writer yang langsung mentransfer sinyal-sinyal di otak dan langsung dikonversi ke word processor, hehehe… Untuk pemanasan coba menulis yang ringan-ringan saja, based on true story (paling gampang). Cerita ini tentang pengalaman saya menangkap seorang pencuri. Well, saya bukan polwan dan saya ini bukan intel lho (soalnya sudah ada Ki Ageng, si intel koki) tapi saya pernah mengalami menjadi seorang detektif dalam artian “detektif-detektifan”.

Februari 2006 adik bungsu saya yang masih duduk di kelas 3 SMU ngotot ingin ke Bandung. Ortu saya, terutama papa (alm) tidak mengijinkan dengan alasan, sudah kelas 3, sebaiknya mempersiapkan ujian nasional yang sudah di depan mata. Pintarnya dia, telpon ke saya yang saat itu masih dinas di Bandung, mengatakan bahwa dia akan ke Bandung dan sudah mendapat ijin ortu, berangkat lusa. Saya langsung pesan kamar hotel untuk adik, karena kost saya tidak memperbolehkan cowok menginap, entah itu bapak sendiri atau saudara (kejam…!). Begitu saya konfirmasi ke rumah, ortu kaget karena mereka sebenarnya tidak mengijinkan, tetapi karena sudah terlanjur reservasi dan saya yang menjamin keselamatan adik selama di Bandung akhirnya mereka setuju.

Selama di Bandung, adik saya mengaku sudah kontak temannya sehingga saya tidak perlu repot untuk mengurus dia. Hari itu saya ada workshop di Cipanas sehingga saya tinggalkan dia dengan HP CDMA dan kamera digital.

Singkat cerita saya sampai kembali di hotel sore hari sekitar pukul 18.30. Adik saya terduduk lesu di lobi hotel. Mak deg… perasaanku nggak enak nih. Benar saja, begitu melihat saya datang, dia langsung berlari memeluk bilang “minta maaf” dan “saya ini bodoh sekali” berkali-kali (kalau ingat kejadian tempo itu, saya suka senyam senyum sendiri, adik laki-laki saya yang sehari-hari tampak cool seketika jadi seperti anak umur 5 saat datang memeluk saya sambil menangis hahaha). Ternyata, yang dianggap teman oleh dia, sudah mencuri 2 HP (salah satunya HP saya) dan kamera digital saya. Aduhhhh nyesek deh. Kamera itu belum lunas mbayarnya (kredit, 7x booo… nyobain promo dari credit card), baru 1x dicicil.

Jadi ceritanya, dia diajak oleh temannya itu jalan-jalan keliling Bandung sampai sore dan disuruh kembali ke hotel untuk mandi dan ganti pakaian karena malamnya mau jalan lagi. Saat adik mandi, temannya itu langsung melancarkan aksinya. Menggeledah kamar dan mengambil barang berharga. Belakangan setelah saya interogasi mati-matian adik saya baru mengaku kalau temannya itu baru dia kenal 1 bulan dari chatting!!! Dia hanya tahu nama panggilannya (yang ternyata bukan nama aslinya), kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta di Bandung, rumahnya di Setiabudi Regency, dan bekerja sebagai pramugara salah satu maskapai penerbangan di Indonesia. Nomor HPnya pun adik saya tidak ingat. Untung… adik saya pernah menelpon dia dari HP CDMA saya.

Gotcha! Secara saya ini bekerja di perusahaan pertelponan langsung saya melihat call record dari nomor CDMA saya tersebut dari database sistem keesokan harinya.Ada nomor yang diyakini adik saya sebagai nomor temannya, si pencuri itu. Walaupun dia tidak hapal nomornya tapi ingat persis jam berapa dia menelpon. Saya coba telpon nomor itu berkali-kali. Terdengar nada tunggu tetapi tidak pernah diangkat. Yang saya ingat, ada ring backtone-nya lagu boys band kalau tidak salah Westlife pa ya, aduh cemeng banget nih maling. Tidak berhasil, saya serbu dia dengan SMS. Berhari-hari saya terror dia. Saya katakan, saya tahu siapa dia, saya tahu di mana dia tinggal, tolong kembalikan barang yang dia curi, atau saya lapor polisi (sebetulnya amit-amit deh lapor polisi, ntar saya malah yang keluar uang ekstra). Sembari saya coba telusuri lagi, nomor HP dia itu. Waktu itu musimnya nomor HP pra bayar harus registrasi ke operator atau diblockir.

Dengan harap-harap cemas, saya coba peruntungan saya kali ini dengan kontak teman saya yang kerja di operator provider nomor HP si pencuri tersebut. Ternyata nomor itu adalah nomor pasca bayar. Sebagaimana diketahui, untuk mendapatkan nomor pasca bayar, pelanggan harus mendaftar dengan mengisi form identitas. Karena alasan penting dan “kita berteman sudah lama” akhirnya teman saya tersebut bersedia mengeluarkan data-data si pemilik nomor alias si pencuri itu, LENGKAP! Kembali saya sms dia bertubi-tubi kali ini dengan ancaman saya benar-benar akan datang meringkus dia di rumahnya dan saya sertakan pula alamat rumah dia sebagai bukti saya tahu di mana dia tinggal, sehingga dia tahu ini bukan sekedar gertak sambal dari seorang Yani Maria.

Akhirnya di suatu pagi yang cerah, hari itu hari Jumat, 2 minggu setelah kejadian, ada telpon masuk dan ternyata dari si pencuri itu!!! Girang bukan kepalang saya, akhirnya usaha saya menemukan dia ada titik cerahnya. Dari hasil pembicaraan tersebut, saya diundang ke rumahnya untuk mengambil barang yang sudah dia curi 2 minggu yang lalu!!! Untung saya masih bisa berpikir jernih, tidak bertanya, “rumah kamu di mana?” tapi saya jawab “OKE! Nanti siang saya ke rumahmu”. Siapa tahu itu hanya telpon coba-coba, nge-test apakah saya benar-benar tahu rumah dia atau tidak. Saya datang ke kantor dan menculik salah satu teman saya yang punya potongan SATPAM hahaha bukan dink, untuk ukuran seorang SATPAM teman saya ini terlalu dandy. Ah, yang penting cowok yang tinggi besar rambut cepak (biar dikira intel) untuk menemani saya ke rumah si maling. Seharusnya saya mau bawa serombongan cowok-cowok (teman kantor) yang bertampang sangar, tapi sayang sekali saat itu awal bulan, pekerjaan menumpuk. Ya sedapatnya saja.

Dengan kecepatan penuh saya melaju ke rumah si pencuri itu yang ngakunya ke adik saya tinggal di Setiabudi Regency tapi tidak (tetangganya sih, nggak jauh-jauh amat. Mau nipu kok ngirit banget… ). Alamat dia yang saya peroleh dari hasil cross check ke teman di provider, belum pernah saya dengar seumur hidup saya di Bandung. Tapi dari database alamat saya ketahui itu nama daerah di Lembang. Jauh booo…. Ternyata rumahnya tepat di pinggir jalan jadi saya tidak susah mencarinya. Saat sampai, turun dari mobil, kok malah saya yang deg-degan dan gemetar nggak karuan. Waduh, salah nih. Harusnya khan dia ya yang ketakutan. Sudah kepalang tanggung, akhirnya saya dan teman kantor saya mengetuk pintu rumah itu dan dibuka oleh seorang pemuda, masih muda, tinggi, kurus, lagi batuk-batuk, ngakunya sakit setelah di-SMS saya setiap hari hahaha… Bedaaaa sekali dari bayangan saya tentang seorang pencuri yang tinggi, besar, sangar. Yang ini, aduuuuuh disentil saja dia melayang.

Seketika itu saja saya tidak jadi gemetar dan langsung nyerocos “menasihati” cowok itu. Saya ingat mengatakan “hati-hati. Jaman sekarang ini teknologi semakin canggih. Kamu mau lari ke mana asal saya punya akses terhadap teknologi, saya bisa menemukan kamu” halah… kalau ingat kalimat spontan itu, saya jadi ketawa sendiri. Sok ilmiah banget hahaha… Setelah urusan serah terima barang-barang curian selesai, saya pamit. Eh… sambil menjabat tangan saya dia sempat bilang “Sering-sering main ke sini ya teh, untuk menjalin silaturahmi”. Gubrak, baru kali ini ada pencuri ngomong seperti itu, menjalin silaturahmi… bah!

Setelah kejadian itu, adik saya lulus SMU dan kuliah di Bandung. Dan ternyata, aksi si pencuri tersebut masih berlanjut. Kali ini korbannya adalah teman kuliah adik (baru sadar, dunia ternyata begitu sempit!!!). Entah modus operandinya sama, mencari korban dari chatting, mengajak ketemuan, jalan-jalan untuk kemudian dicuri barang-barangnya atau bagaimana. Tetapi sekarang nasibnya berakhir di penjara. Korban terakhirnya ternyata mempunyai kakek cenayang nun jauh di Kalimantan sana yang bisa menunjukkan rumah si pencuri tersebut, rumah yang sama dengan rumah yang saya datangi beberapa bulan sebelumnya. Kali ini polisi lah yang menciduknya.

Wah, ternyata sekali lagi selain teknologi, kemampuan indera ke-6 juga berhasil memecahkan suatu tindak kriminalitas ya. Hehehe… Moral of this story, hati-hati dalam memilih teman. Sekarang ini banyak sekali orang yang pura-pura baik, tapi memiliki maksud jahat, apalagi di dunia maya dimana kita tidak tahu apakah lawan kita tersebut jujur atau tidak. Kedua, pelihara hubungan yang baik dengan teman (kali ini benar-benar teman) atau kenalan anda. Suatu saat mungkin anda membutuhkan pertolongan mereka.

Matur nuwun Zev, kokiers, kokoers, eltiers…


Cairan Emas yang Berkhasiat

Yani Maria - Salatiga

Hallo Zev dan kokiers, semoga senantiasa berbahagia…

Di kantor saya, beberapa karyawan memanfaatkan “kotak” tempat kerjanya sebagai warung untuk jualan. Jual apa saja yang bikin saya terheran-heran saat pertama kali menapakkan kaki di kantor ini. Soalnya ada yang memajang tulisan “Di sini jual voucher”, “Sedia pulsa dan voucher elektronik”, dll. Ada juga yang memajang barang dagangannya di atas meja, mulai dari krupuk, cemilan, baju, minuman kesehatan, dll. Hehehe… pasti pada heran, ini kantor atau pasar sih? Tapi tidak ada yang komplain tuh. Justru kita merasa tertolong. Kalau lapar tinggal ke meja yang jual cemilan. Kalau hp minta direfill, tinggal cari yang jualan voucher, bisa milih lagi mana yang paling murah. Nah, saya bukannya mau cerita tentang perdagangan di kantor, tapi saya mau cerita tentang salah satu barang dagangan yang sedang dijual oleh rekan kerja saya persis di sebelah saya.

Tadinya saya pikir itu kotak wafer Tango rasa vanila (sebut merk gpp ya, bukan promosi kok) soalnya mirip dari jauh apalagi bila dipandang dengan perut keroncongan. Setelah dilihat dari dekat, ternyata itu bukan kotak wafer, melainkan kotak susu skim dengan kolestrum, salah satu minuman yang dipercaya dapat meningkatkan antibodi dan menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti darah tinggi, rematik, jantung, stroke, diabetes, dsb.

Kolestrum atau biasa disebut cairan emas adalah cairan pra-susu yang berwarna kekuning-kuningan (hampir seperti nanah kali ya), dihasilkan oleh mamalia (manusia juga termasuk) setelah melahirkan (lebih spesifik lagi, manusia berjenis kelamin perempuan soalnya laki-laki tidak (atau belum?) bisa hamil). Biasanya kolestrum ini dihasilkan pada 24 jam pertama setelah melahirkan, pada manusia.

Bayi yang baru lahir, sebaiknya langsung diberikan ASI oleh sang ibunda karena ASI yang keluar pertama kali mengandung kolestrum. Dalam tiap tetes kolestrum terkandung jutaan zat antibodi yang sangat berguna bagi bayi. Ketika baru lahir, tubuh mungil bayi tidak bisa membuat zat antibodinya sendiri sehingga butuh dibantu dengan kolestrum agar terbentuk zat antibodinya. Kolestrum juga mensuplai faktor pertumbuhan pendukung kehidupan dengan kombinasi zat gizi yang sempurna (vitamin, mineral, asam amino) dan jika semua unsur ini bekerja secara sinergis dapat bermanfaat untuk menjamin kelangsungan hidup dan kesehatan tubuh, terutama bagi bayi yang baru lahir.

Kolestrum ini hanya akan ada sekali. Seringkali karena si ibu tidak memiliki pengetahuan akan kolestrum, saat pertama kali mendapati cairan kekuningan tersebut, langsung dibuang karena dikira nanah. Padahal itulah kolestrum yang sangat dibutuhkan bayinya. Sangat disayangkan juga, beberapa rumah sakit dan rumah bersalin langsung memberikan susu formula pada bayi yang baru lahir, bukannya memberikan kesempatan pada si ibu untuk menyusuinya dengan ASI. Namun juga tidak semua ibu yang setelah melahirkan mampu menyusui bayinya, karena ASI nya sama sekali tidak keluar (biasanya karena masalah hormon).

Nah, karena kolestrum manusia itu tidak selalu ada, maka dicarilah alternatif sumber lainnya, salah satunya adalah sapi. Sapi juga menghasilkan kolestrum, disebut bovine colostrums. Kalau pada manusia hanya muncul 24 jam setelah melahirkan, kolestrum sapi bisa lebih lama, 48 jam setelah melahirkan. Menurut penelitian, kolestrum yang dihasilkan oleh si mooooowww ini sangat mirip dengan kolestrum manusia. Bahkan, dinyatakan bahwa kolestrum sapi bisa empat kali lebih kaya faktor imun-nya daripada kolestrum manusia.

Produk-produk yang mengandung kolestrum semakin mudah kita temui. Biasanya dikemas dalam bentuk susu bubuk sachetan. Belum pernah mencoba sih… tapi katanya bermanfaat untuk meningkatkan kebugaran, mengurangi lemak tubuh tanpa diet, menguatkan tekstur kulit, meningkatkan daya ingat, menghilangkan kerutan, meningkatkan suasana hati (????), memperbaiki fungsi imun dan meningkatkan perlindungan terhadap penyakit yang terkait dengan kekebalan tubuh. Ckckck.. saya tidak sedang jualan produk kolestrum lho. Hanya share saja. Siapa tahu ada yang sudah mencobanya. Saya tertarik khasiatnya yang itu lho… mengurangi lemak tubuh tanpa diet hehehe…

Terima kasih Zev kalau dimuat.

Tidak ada komentar: